Jumat, 13 November 2015

The Dead Returns by Akiyoshi Rikako

Rasanya aneh saat orang lain membicarakan tentang pemakamanku sendiri. 
"...Apa banyak yang datang?" tanyaku.
"Hm?"
"Pemakaman."
"Oooh. Seluruh kelas hadir. Semua guru juga hadir. Hanya itu, karena dia tidak ikut klub manapun. Apalagi, dia orang yang biasa-biasa saja."
"Begitu, ya."
Takahashi Shinji adalah seorang murid baru di Kelas 2A SMA Higashi. Kepindahannya ke sekolah itu bukan tanpa alasan. Di sekolah lamanya, Takahashi merasa tertinggal dengan pelajaran selepas kecelakaan yang menimpanya. Namun bukan itu saja. Takahashi memang sengaja pindah dan memilih kelas 2A. Sebab sebenarnya dia pernah bersekolah di sana sebelumnya. Di kelas yang sama. Sebagai murid bernama Koyama Nobuo.. yang tewas karena jatuh dari tebing beberapa bulan sebelumnya.

The Dead Returns. Akiyoshi Rikako.
Jadi sebenarnya saat peristiwa itu, Koyama Nobuo jatuh dari tebing dan saat itu berusaha ditolong oleh Takahashi Shinji (Takahashi Shinji yang asli). Naas, Takahashi Shinji malah ikut terjatuh ke tebing. Nobuo meninggal dunia. Namun Takahashi hidup. Tapi cuma tubuhnya yang hidup, karena ternyata di dalam tubuh Takahashi ada Koyama Nobuo.

Hidup sebagai orang yang berbeda, walaupun punya attitude yang sama membuat Nobuo merasa takjub. Kedua orang ini secara fisik dan psikis memang sangat berbeda. Nobuo adalah seorang otaku (maniak) kereta api yang pendiam, suram, dan hanya punya satu teman sesama maniak kereta api bernama Yoshio Tanaka. Sementara Takahashi adalah anak SMA yang punya tampang keren (blasteran pula), digilai cewek-cewek, jago segala jenis mata pelajaran dan bahkan punya band - punya pacar juga tentunya. Awalnya Nobuo merasa risih dengan perubahan ini. Namun lama kelamaan dia menikmatinya. Apalagi, dia punya tujuan lain dengan pindahnya dia kembali ke SMA Higashi. Dia yakin kalau dirinya dibunuh. Dia harus bisa menemukan pembunuhnya.




Tidak ada bullying di kelas ini. Tidak ada juga kesepakatan kelompok untuk mengabaikan seseorang. Meskipun demikian, tidak ada seorang pun yang berusaha untuk menyapa orang yang pendiam dan tidak bisa bergaul dengan baik. Mereka hanya melewatkannya saja. Namun, dalam artian tertentu, diabaikan secara tak sadar dan tanpa alasan rasanya lebih menyakitkan daripada diabaikan karena di-bully.
Nobuo dengan tubuh Takahashi ini ternyata sangat mudah mengorek keterangan dari orang-orang di sekitarnya tentang alibi orang-orang itu pada saat peristiwa jatuhnya dia di tebing malam itu. Dibantu Yoshio, Nobuo pun mulai menyelidiki teman-temannya satu per satu. Dia mengecek alibi mereka dan mencocokkannya. Dalam hal seperti ini tentu saja semua orang mungkin bisa saja berbohong. Suatu malam Nobuo dikejutkan dengan pesan SMS dari "Orang Yang Tau Kebenaran", yang memperingatkannya supaya berhenti menyelidiki. Tentu saja Nobuo kaget. Apalagi semakin dia menyelidiki ternyata semakin samar alibi semua orang. Yoshio sebagai teman dekatnya saja akhirnya sulit untuk dia percayai. Ibu dan gurunya bahkan mencurigakan juga.

Lalu siapa lagi yang bisa dipercaya? Ditambah lagi lama-lama kehidupannya sebagai Takahashi mulai bisa dia nikmati. Apakah Nobuo bisa menemukan pembunuhnya?
Orang yang Tahu Kebenaran = Orang yang Membunuhku
Penjahatnya ada di antara 35 teman sekelasku.

***

Membaca J-Lit, salah satu jenis novel terjemahan Jepang ini merupakan pengalaman pertama saya. Sempet sangsi awalnya karena cover-nya bergambar anime. Gimana ya. Asumsi saya gitu aja. Besides, saya susah membayangkan tokoh-tokoh ceritanya kalau di cover ada gambar orang. Anime pula. TAPIIII dugaan saya salah. Ternyata penggambaran tokoh anime di cover-nya adalah tindakan jenius dari penerbit. Saya gak tau ya apa cover aslinya juga ada gambar itu? Pokoknya pas baca, gaya penerjemahannya sungguh mirip manga. Maksudnya, membaca novel ini berasa baca manga. Dengan istilah-istilah khas Jepang yang sering dijumpai dalam manga, kamu yang memang suka manga pasti tidak akan kesulitan.


Terus yang menarik selain plot cerita yang banyak kejutan dan menggiring pembaca supaya menebak-nebak pelaku kejahatan hingga akhir, yaitu kisah cinta Nobuo dan Maruyama. Maruyama Miho adalah salah satu teman sekelas Nobuo, gadis yang pendiam dan suram dan sering sekali dijodoh-jodohkan oleh teman sekelas mereka dengannya dulu (mungkin karena sama-sama suram?). Saat Nobuo diam-diam mengganti air dari vas bunga yang diletakkan di atas mejanya (di Jepang ada kebiasaan meletakkan vas bunga bakung putih untuk menghormati orang yang sudah meninggal), Maruyama tidak sengaja memergoki. Sejak saat itu mereka sering berpapasan dan mengobrol kecil, bisa dibilang akrab lah.

Nobuo malah pernah membela Maruyama saat gadis itu diabaikan oleh teman-teman perempuannya dalam diskusi kelompok. Nobuo dulu juga begitu. Jadi saat dia sudah menjadi populer (sifatnya masih pendiam dan maniak kereta api, tapi gara-gara keren, hal kayak gitu malah dianggap "manis" oleh teman-temannya), dia jadi berani membela Maruyama.
"Aku yang nanti bakal kerepotan..."
"Kenapa? Bukannya tadi itu memang kejam?"
"Tidak apa-apa. Aku memang sosok yang seperti itu."
"Jangan bilang seperti itu, dong," ujarku.
Maruyama-san memandangku lurus-lurus, tapi kemudian mengembuskan napas panjang, menyerah. 
"Takahashi-kun, aku mohon. Tolong jangan pedulikan aku. Ya?"
Konflik cerita dalam novel ini juga gak remeh. Walaupun ceritanya tentang anak SMA, tapi karena dasarnya memang cerita misteri maka isinya jadi gelap. Termasuk konflik batin yang diderita Nobuo. Sebagai orang yang pernah "meninggal", bagaimana ya rasanya?
Aku ini, apa sebenarnya yang sedang kulakukan?
Kenapa aku ada di dunia ini?
Kenapa aku tidak mati saja waktu itu?
Kalau memang aku harus merasakan kesedihan ini, lebih baik waktu itu aku...
Over all, saya sangat suka buku ini. Bikin penasaran banget. Temanya yang sebenernya menyampaikan bahaya bullying di sekolah dan bahaya kekurang perhatian orang tua pada anaknya yang masih remaja dibungkus dengan apik lewat kisah misteri dengan cerita pembunuhan a la detektif. Saking dalamnya kesan buku ini, saat mau habis saya sempat kaget setengah mati. Kaget, merinding, sedih, yah.. serius deh. Baru buku ini yang bikin saya merinding dan sedih malem-malem. Akhirnya habis tamat baca, malem-malem jam 2 pagi saya langsung menggambar. Soalnya terngiang-ngiang banget. Haha.

Begitulah. Membaca jenis bacaan baru memang menarik. Jenis buku J-Lit seperti ini ternyata oke juga. Fix banget lah saya jadi fans Akiyoshi Rikako. Buat penerbit haru, tambah terus terjemahan J-Lit-nya hehe. Dan buat anda yang penasaran, tidak ada salahnya membaca. Siapa tau anda juga mendapatkan efek yang sama (kalau enggak ya sudah, mungkin penulis resensi ini yang baper hahah) atau minimal mendapat kesan yang dalam setelah membacanya. Pokoknya karakter favorit saya di buku ini tetap Maruyama Miho.


Maruyama-san memindah posisi tubuhnya, berhadapan denganku.
"Kau bilang keberadaanmu muncul karena pengorbanan orang lain. Tapi, bukankah semua orang memang seperti itu? Kau bisa menyadari hal yang mulia itu. Karena itu, percaya dirilah. Aku ingin kau hidup dengan bangga. Menurutku kau pantas untuk hidup."

*Post related: http://www.tweedledew.com/2015/11/segitiga.html
**All images (except the first) are retrieved from Google. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa komen ya :)